Nyeri pasti pernah dialami oleh setiap anak, misalnya saja nyeri yang
menyertai demam, nyeri pada gigi, nyeri kepala, nyeri setelah imunisasi, dan
masih banyak jenis nyeri lainnya. Anak-anak umumnya tidak tahan dan cenderung
menjadi rewel bila mengalami nyeri. Untuk itu dibutuhkan suatu obat pereda
nyeri atau analgesik. Pemilihan analgesik untuk anak tentunya tidak hanya
mempertimbangkan kemanjuran, tetapi juga faktor keamanan. Analgesik yang akan
dibahas di sini adalah golongan antiinflamasi nonsteroid yang lazim digunakan
sebagai obat bebas atau untuk swamedikasi (pengobatan sendiri), yaitu Paracetamol dan Ibuprofen.
Paracetamol
Paracetamol
atau Acetaminophen digunakan secara
luas sebagai pereda nyeri untuk nyeri ringan-sedang pada anak-anak. Walaupun
obat ini cukup aman bagi anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
- Paracetamol
sebaiknya tidak digunakan untuk swamedikasi nyeri selama lebih dari 5 hari pada
anak. Jika nyeri berlanjut lebih dari 5 hari, segeralah periksakan anak ke
dokter.
- Untuk meminimalkan risiko overdosis, Paracetamol tidak boleh diberikan lebih
dari 5 dosis pada anak dalam waktu 24 jam, kecuali diinstruksikan oleh dokter.
Overdosis Paracetamol dapat menyebabkan
kerusakan hati berat dan kematian. Oleh karena itu, orang tua dianjurkan untuk
selalu mengukur dosis obat yang diberikan pada anak dan tidak boleh melebihi
dosis harian yang direkomendasikan. Hindarilah pula menggunakan produk obat
yang mengandung Paracetamol (misalnya
dalam beberapa produk obat batuk dan flu) bersamaan dengan sediaan Paracetamol tunggal.
Ibuprofen
Sekarang ini penggunaan Ibuprofen sebagai analgesik pada anak juga
semakin meluas. Ibuprofen digunakan secara swamedikasi sebagai pereda nyeri ringan
yang berkaitan dengan flu, sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan demam pada
anak di atas 2 tahun. Tetapi Ibuprofen tidak dianjurkan untuk swamedikasi pada
anak di bawah usia 2 tahun atau untuk meredakan nyeri perut pada anak.
Dibandingkan Paracetamol,
penggunaan Ibuprofen pada anak menimbulkan lebih banyak perdebatan mengenai
efek samping yang mungkin ditimbulkan. Ibuprofen dikaitkan dengan peningkatan
risiko gagal ginjal akut pada anak. Namun, suatu penelitian oleh Moghal dkk.
(2004) mengungkapkan bahwa untuk penggunaan jangka pendek Ibuprofen dosis 5 -
10 mg/kg pada anak, risiko kerusakan ginjalnya kecil dan tidak berbeda
signifikan dibandingkan dengan penggunaan Paracetamol
dosis 12 mg/kg. Walaupun demikian, Ibuprofen sebaiknya dihindari penggunaannya
pada anak yang mengalami dehidrasi atau berisiko dehidrasi. Selain itu,
penggunaan Ibuprofen harus selalu disertai asupan cairan yang cukup.
Ada pula kekhawatiran bahwa Ibuprofen dapat memicu serangan asma pada
anak yang memiliki riwayat asma. Namun, hal ini tidak terbukti dalam penelitian
yang dilakukan oleh Kader dkk. (2004). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Ibuprofen
sama amannya dengan Paracetamol untuk
digunakan oleh pasien dengan riwayat asma, dan tidak memicu atau memperburuk
asma. Walaupun demikian, Ibuprofen harus dihindari penggunaannya pada anak yang
memiliki riwayat alergi/hipersensitivitas terhadap obat antiinflamasi
nonsteroid (seperti Paracetamol, Aspirin,
Ibuprofen, dll).
Pada dasarnya, baik Paracetamol
maupun Ibuprofen aman jika dikonsumsi sesuai aturan pakai yang dianjurkan. Oleh
karena itu, jangan segan untuk bertanya kepada dokter atau apoteker mengenai
penggunaan obat yang aman bagi anak. Dengan demikian, risiko efek samping dan
overdosis dapat dihindari.
Referensi:
- Kader, A., Hildebrandt, T., and Powell, C., 2004, How Safe Is Ibuprofen in Febrile Asthmatic Children?, Archives of Disease in Childhood, 89(9): 885-886.
- Koda-Kimble, M.A., et al., 2001, Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 7th Edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA.
- McEvoy, G.K., et al., 2002, AHFS Drug Information, American Society of Health-System Pharmacists, USA.
- Moghal, N.E., Hegde, S., and Eastham, K.M., 2004, Ibuprofen and Acute Renal Failure in a Toddler, Archives of Disease in Childhood, 89(3): 276-277.