Selasa, 31 Juli 2012

AIR MINUM BEROKSIGEN: FAKTA ATAU FIKSI?


Anda pasti pernah melihat iklan produk air minum beroksigen, atau bahkan pernah mengonsumsinya pula. Saat ini, produk air minum beroksigen memang membanjiri pasaran dengan bermacam-macam merek dan klaim. Air minum beroksigen diklaim mengandung oksigen (O2) dalam jumlah yang jauh lebih banyak (antara 7-10 kali lipat) dibandingkan air minum biasa, sehingga dapat meningkatkan suplai oksigen ke dalam tubuh dan meningkatkan stamina tubuh.

Pertanyaan yang muncul adalah, apakah air minum beroksigen benar-benar bermanfaat seperti yang diklaim di dalam iklan-iklan?

Penulis mencoba merangkumkan beberapa hasil penelitian terkait air minum beroksigen untuk memberikan fakta yang lebih berimbang, sehingga pembaca sekalian dapat menilai dan menimbang sebelum memutuskan untuk mengonsumsi air minum beroksigen. Ada dua jenis penelitian yang dirangkum di sini, yaitu penelitian yang memberikan hasil negatif dan penelitian yang memberikan hasil positif mengenai manfaat air minum beroksigen.

Penelitian yang memberikan hasil negatif:
  1. Penelitian pertama dilakukan terhadap 12 subjek uji (pria dan wanita) usia muda dan sehat secara fisik. Parameter yang diukur adalah detak jantung, tekanan darah, kadar laktat dalam darah, dan kapasitas pernafasan maksimal, baik sebelum, selama, maupun sesudah olahraga menggunakan treadmill. Hasil dari penelitian ini adalah air minum beroksigen tidak terbukti meningkatkan performa/ketahanan fisik saat berolahraga ataupun mempercepat masa pemulihan dari kelelahan setelah berolahraga.1)
  2. Penelitian berikutnya dilakukan terhadap 20 pria usia muda dengan menggunakan tes spiroergometrik sepeda. Parameter yang diukur sama dengan penelitian pertama, bedanya data diambil setiap hari selama 2 minggu. Hasilnya, konsumsi air minum beroksigen tidak meningkatkan ketahanan aerobik pada partisipan dibandingkan dengan konsumsi air minum biasa.2)
  3. Penelitian terbaru dilakukan terhadap 12 atlet sepakbola sebagai subjek uji dengan menggunakan tes treadmill. Beberapa parameter yang diukur sama dengan penelitian sebelumnya di atas, salah satunya adalah VO2max, yaitu suatu indikator untuk mengetahui ketahanan aerobik dan kesehatan kardiovaskuler seorang individu selama berolahraga. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa air minum beroksigen tidak meningkatkan ketahanan aerobik para atlet dibandingkan dengan air mineral biasa.3)

Kesimpulan dari ketiga penelitian di atas adalah: konsumsi air minum beroksigen tidak terbukti meningkatkan stamina atau ketahanan fisik dibandingkan dengan konsumsi air minum biasa.




Penelitian yang memberikan hasil positif:

Penelitian ini dilakukan terhadap 108 pasien diabetes mellitus (kencing manis/DM). Parameter yang diukur adalah kadar gula darah puasa, kadar gula darah sesudah makan, dan kadar zat malondialdehyde/MDA (suatu radikal bebas yang dapat terbentuk di dalam tubuh apabila kadar antioksidan tubuh menurun). Ketiga parameter itu diukur sebelum perlakuan (baseline), 45 hari dan 90 hari sesudah perlakuan. Partisipan dibagi menjadi 2 grup secara acak, yaitu grup yang mendapat air minum beroksigen dan grup yang mendapat air minum biasa.4)
Hasilnya, pada grup yang mendapat air minum beroksigen, terjadi penurunan kadar gula darah puasa pada 45 hari dan 90 hari sesudah perlakuan, sedangkan penurunan kadar gula darah sesudah makan baru terjadi pada 90 hari sesudah perlakuan.4) Namun, hal yang perlu menjadi catatan adalah penurunan kadar gula darah puasa dan sesudah makan juga terjadi pada grup yang mendapat air minum biasa (kedua grup sama-sama mengalami penurunan kadar gula darah yang bermakna), sehingga belum dapat disimpulkan bahwa air minum beroksigen mampu menurunkan kadar gula darah lebih baik dibandingkan air minum biasa. Begitu pula dengan penurunan kadar MDA. Grup yang mendapat air minum beroksigen memang mengalami penurunan kadar MDA yang bermakna dibandingkan air minum biasa pada 90 hari sesudah perlakuan. Namun, perbedaan kadar MDA antara grup air minum beroksigen dan grup air minum biasa memang sudah terjadi sebelum perlakuan (baseline), sehingga juga belum dapat disimpulkan bahwa air minum beroksigen mampu menurunkan kadar radikal bebas lebih baik dibandingkan air minum biasa.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebelum dapat menyatakan bahwa air minum beroksigen dapat menurunkan kadar gula darah maupun kadar radikal bebas pada pasien diabetes mellitus.



Referensi:
  1. Willmert, N., Porcari, J.P., et al., 2002, The Effects of Oxygenated Water on Exercise Physiology During Incremental Exercise and Recovery, Journal of Exercise Physiology Online 2002;5(4):16-21.
  2. Leibetseder V., et al., 2006, Does Oxygenated Water Support Aerobic Performance and Lactate Kinetics?, International Journal of Sports Medicine 2006; 27(3):232-235.
  3. Fuller, P.J., 2010, The Effects of Activated Stabilized Oxygen on Aerobic Endurance in Division II Collegiate Male Soccer Players, Thesis, Humboldt State University.
  4. Handajani, Y.S., dkk., 2009, The Effect of Oxygenated Water in Diabetes Mellitus, Med J Indones Vol.18 No.2 April-June 2009.